Si Gendut Dan Segala Keunikannya

Peringatan: Tulisan ini mengandung konten sensitif, sedikit rasis, tapi tidak pedis dan bau amis. Jadi mohon kebijakan pembaca!

Pernah tidak kamu perhatikan kalau di setiap film yang bercerita tentang persahabatan atau semacamnya, selalu ada peran si gendut di dalamnya? Dimana peran yang dimainkan si gendut ini biasanya paling bisa bikin kita ketawa sampai pengen jungkir balik.

By the way, ternyata hal demikian tidak hanya ada di film-film, namun juga terjadi di kehidupan saya pribadi.

Dari sekolah dasar hingga kuliah sekarang ini, saya selalu punya teman dengan tipe unik seperti ini. Tipe yang paling sering bikin ricuh tiap ngumpul-ngumpul, tipe yang selalu punya bahan atau topik buat dibahas, tapi sering topiknya useless atau tidak berguna buat masa depan, tipe yang paling bisa diketawain karena tingkah lakunya yang sering diluar akal sehat tapi masih dalam batas wajar (eh ini kok kayak lirik lagu ya? ), tipe yang selalu jadi tumbal kalau lagi ribut sama kelas sebelah, dan segala macam keunikan lainnya hingga layak disebut tipe limited edition.

Kok terkesan kriminil banget ya? Eits, jangan salah. Tipe ini juga paling sering punya ide-ide yang brilliant, tipe yang tingkat kejeniusannya bisa meningkat 110% dalam satu malam, dan biasanya sih tipe ini kantongnya paling tebal. Terlepas dari semua hal keren itu, saya akui kalau tipe teman seperti ini adalah tipe yang paling ngangenin, tipe yang kalau tidak ada mereka, ngumpul-ngumpul jadi terasa hambar dan garing, dan kadang paling setia diantara teman-teman lainnya.

Sebagian besar momen lucu dan berkesan yang terjadi di kehidupan saya itu selalu melibatkan mereka. Saya ingat pas kelas 1 SMP, saat itu lagi ada kelas keterampilan dimana kita sekelas diajarkan nada-nada dasar dalam bernyanyi (Do,re,mi,fa,so,la,si,do).

“Hari ini kita belajar nada-nada dasar ya, coba ada yang bisa bantu ibu buat sebutkan ada berapa macam nada dasar yang diketahui sesuai dengan urutannya?” kata Ibu guru.

Seperti kebanyakan siswa pada umumnya, tidak ada yang berani menjawab. “Oke kalau begitu, saya tunjuk saja ya!” Si Ibu guru menegaskan.

Saat itu, sebut aja Mongol (namanya disamarkan aja ya) duduk di barisan belakang tepat di depan saya, namun di detik-detik penunjukan dia malah diam dan tidak segesit biasanya, parahnya lagi dia mulai basah (keringat maksudnya!). Entah karena grogi atau apa, hal ini malah membuat dia terkesan lebih bersinar dan cemerlang di mata Ibu guru, dan alhasil dia ditunjuk oleh Ibu guru.

“Ya Mongol bisa ya nak? Coba kamu sebutkan nada-nada dasar yang ada sesuai dengan urutannya!”.

“Iya buk” jawab Mongol dengan lantang.

“Do,re,mi….fa. . .” sekilas saya pikir Mongol bisa lah, masa yang kayak begini tidak bisa.

“Do,re,mi….fa,re,doooo… eh , apa ya? Do,siiii, la…do!!!”.

Kelas tiba-tiba hening seketika, kemudian sontak kami sekelas tertawa sejadi-jadinya bahkan Ibu guru pun tidak bisa menahan tawanya. Masa hal sepele yang seharusnya sudah di luar kepala seperti nada dasar saja bisa blunder juga? Haha, ini kan anak TK juga bisa, tapi mari berpikir positif, mungkin saat itu otaknya lagi hang karena grogi atau mungkin lidahnya lagi keseleo.

Selain itu, ada juga ketika kita satu geng, terpilih buat mewakili sekolah mengikuti kompetisi sepakbola antar kabupaten tingkat SMP dan harus keluar kota. Sekitar dua puluhan orang lah yang ikut termasuk satu guru pendamping laki-laki. Jadi ceritanya kita sama anak-anak lagi istrirahat di penginapan, tapi karena saat itu cuaca lagi panas-panasnya, ada sebagian yang memilih untuk mandi. Nah, ada teman saya sebut saja Iwan, yang iseng merekam teman-teman yang lagi pada mandi (btw semuanya laki-laki ya). Karena saat itu usahanya si Iwan sukses dan berhasil bikin kita terhibur dengan hasil rekaman video kualitas HD-nya, si Mongol juga tidak mau ketinggalan. Dasar si Mongol, dia juga berniat ikutin jejaknya si Iwan dengan harapan bisa bikin karya yang lebih masterpiece dan original ketimbang punyanya si Iwan.

Jadi di penginapan itu ada dua buah kamar mandi yang jaraknya saling berdekatan. Pas si Mongol mau lancarkan aksinya, kedua kamar mandi itu lagi terisi. Mungkin dalam kepalanya si Mongol, semua laki-laki punyanya sama aja, jadi dia milih kamar mandi secara random. Bukannya merekam teman yang lain, dia malah merekam guru pendamping yang kebetulan juga lagi  mandi.

Entah hasil rekaman itu bisa dibilang masterpiece atau zonk, tapi menurut saya itu malah lebih dekat ke dosa. Saya tidak tau nasib rekaman sakral itu bagaimana sekarang, bisa jadi si Mongol masih simpan buat kenang-kenangan atau malah sudah dipensiunkan. Well, hanya Mongol yang tau.

Naik ke tingkat SMA yang awalnya saya pikir tingkat kedewasaan mulai bertambah beberapa digit, namun praktek lapangannya ternyata tidak demikian. Di titik ini, saya dan Mongol sudah beda sekolah, dan dengar-dengar di sekolah barunya, Mongol masih sering bikin kericuhan dan bikin onar sama geng barunya. Terakhir dengar kabarnya waktu itu terjadi penjarahan besar-besaran atas kantin sekolah yang dipimpin langsung sama dia karena si pemilik kantin meniadakan sistem BB atau istilah kerennya ‘Bayar Besok’ alias ngutang. Mongol…Mongol.

Di SMA, saya kembali dipertemukan dengan teman yang kurang lebih jenis dan tipenya sama dengan Mongol. Malah ada dua. Sebut saja namanya Peter dan Parker. Kedua makhluk astral ini punya ritual yang unik banget tiap mau ulangan. Jadi sebelum ulangan itu, kedua makhluk ini berdiri di depan kelas,  pemanasan dan peregangan sedikit, kemudian masing-masing atur jarak sejauh mungkin hingga ke sudut-sudut kelas. Nah, ketika sudah merasa mantap dengan posisi masing-masing, mereka berdua kemudian berlari menuju arah yang sama dengan senyum beringas lalu menubrukkan perut mereka secara bersamaan.

Aneh kan? Sumpah, ritual ini benar-benar diluar akal sehat tapi masih dalam batas wajar (Serius ini kayak pernah dengar lagunya! Ah tapi saya lupa). Katanya sih ritual mereka ini biar success rate atau tingkat keberhasilan pas ulangannya tinggi.

Ada juga hal menarik yang dibuat sama teman saya yang tipenya sejenis pas kuliah, dan ini lebih mengarah ke hal yang berbau Scientific. Sebut saja namanya Paldini. Jadi pas mahasiswa tingkat satu, saya, Paldini dan beberapa teman lainnya sering main futsal tiap akhir pekan. Meskipun si Paldini ini lumayan jago mainnya, badannya cukup menghambat dia untuk bisa segesit dan setampan Ronaldo. Tapi ada satu hal yang bikin saya dan teman-teman lainnya terpesona ketika dia melakukan aksinya dilapangan, yaitu ketika dia melakukan teknik akrobatiknya atau lebih familiar dengan tendangan salto (yang nonton Tsubasa pasti tau ini).

Teknisnya sederhana sih, kamu melayang di udara dengan badan menukik kemudian menendang bola saat masih di udara. Sebenarnya bukan itunya sih yang menarik, cuman sepersekian detik setelah proses salto itu yang menarik atau dengan kata lain jatuhnya yang menarik, bahkan bisa menarik perhatian para ilmuan karena proses salto yang dilakukan Paldini telah mematahkan hukum-hukum gratvitasi. Dimana perut dan badan tidak jatuh secara bersamaan. Bahaya banget kan?

Tapi sayang,  sekarang kejadian langka itu tidak akan pernah terulang lagi, karena si Paldini sudah langsing gara-gara keseringan organisasi.

Sebenarnya masih banyak sih yang mau saya cerita, tapi kayaknya tidak bakalan cukup kalau lewat tulisan saja. Mungkin lain kali ya.

So, that’s it and thanks for your time, fellas!

PS: Tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi, dan tidak mewakili secara umum, jadi tidak ada maksud menghina dan menyinggung orang lain kecuali Mongol, Peter, Parker dan Paldini. Mongol sempat berpesan kalau mau dibuatkan tulisan tentang dia, katanya dia harus dibuat setampan dan semaco mungkin.

Ya, Setidaknya amanatnya sudah saya laksanakan dengan baik.

 

 

20 comments

  1. Wkwkwkw duhh perut guee terjungkel-jungkel baca ini…

    Well, aku jdi inget temen sekelas gue, udah gendut ngapak pula… Jadi kalo udah ngomong dkit dikelas udah bisa bikin semua ngakak. Kadang malah pada gak pham die ngomong apa.

    Liked by 1 person

  2. Ini rasis darimananya. Literally aku terhibur dari awal sampai akhir.

    Aku punya tambahan. Temen yg tubuhnya gempal (khusus cowok) cenderung lekong, ya ga sih? Tapi, kalau dia udah marah, chris john aja ciut :))

    Liked by 1 person

  3. Bener juga ya? biasanya film/drama selalu ada si gendut meskipun bukan pemeran utama tp cerita jd lebih hidup. sy sendiri tdk pernah punya teman gendut, kalau murud pernah dan memang unik sih, cm kadang kasihan orang gendut sering dibulying

    Liked by 1 person

    1. Iya bunda, kalau tema film ttg persahabatan biasanya kurang lengkap kalau tidak ada tipe ini.
      Kalau untuk kasus bullying, bukan rahasia umum lagi kalau tipe ini sering ngalamin hal itu, soalnya secara fisik mereka uda beda dan org2 biasanya cenderung lebih suka menanggapi hal2 yg unik dan tidak biasa seperti ini.

      Liked by 1 person

Leave a comment